Reader Comments

70 Kutipan RA Kartini, Kata Bijak tentang Emansipasi Perempuan hingga Cinta untuk Status di Sosmed

by Nichole Hibbs (2021-12-11)


Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April.

Peringatan Hari berdasarkan pada tanggal kelahiran pahlawan nasional perempuan, http://www.usasylum.moonfruit.com/ Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini.

RA Kartini jadi sosok yang tenar atas idenya dalam mencetuskan emansipasi perempuan di Indonesia.

Pahlawan perempuan kelahiran Jepara ini juga menerbitkan karya yang terkenal, yaitu buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Untuk memperingati Hari Kartini, di bawah ini, ada 70 kutipan kata-kata bijak yang pernah dikemukakan RA Kartini.

Kata-kata bijak tersebut mengenai emansipasi perempuan, pendidikan, perjuangan, hingga cinta.

Baca juga: Hari Kartini 21 April: Berikut Sejarah hingga Biografi RA Kartini

Buku RA Kartini.

Berikut 70 kutipan kalimat bijak RA Kartini, dirangkum berasal dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Bijak sang Pejuang Emansipasi, karya Ahmad Nurcholish:

1. "Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah asumsi saja, melainkan juga pendidik budi pekerti."

2. "Tetapi apalah berarti pintar didalam pengetahuan yang hendak diajarkan itu, jikalau ia tidak mampu menerangkannya secara memahami kepada murid-murid."

3. "Gadis yang pikirannya telah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak dapat dapat lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya."

4. "Kita bisa jadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya."

5. "Untuk sementara didiklah, berilah pelajaran kepada anak-anak perempuan kaum bangsawan: berasal dari sinilah peradaban bangsa harus dimulai. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang cakap, cerdas, dan baik. Maka mereka akan menyebarluaskan peradaban di antara bangsanya."

6. "Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang selanjutnya bahkan termasuk hingga sementara ini adalah hidup seirama dengan laki-laki."

7. "Rampaslah seluruh harta benda saya, asalkan jangan pena saya."

8. "Pendidikan sekolah bagi anak-anak terhadap saat saat ini merupakan hal yang biasa sekali, tapi jika kuantitas anak menggapai 25 orang, bagaimana kemungkinan pendidikan yang sebaik-baiknya itu bisa diusahakan bagi mereka semua? Orang tidak berhak melahirkan anak bila dia tidak mampu menghidupinya."

9. "Bila orang hendak benar-benar memajukan peradaban, maka kecerdasan asumsi dan pertumbuhan budi wajib sama-sama dimajukan."

10. "Adalah suatu pertolongan dan pertolongan besar sekali bagi orang laki-laki jika perempuan berbudi tinggi dan terpelajar."

11. "Ketidaksetaraan perempuan ini akibat berasal dari dibatasinya akses perempuan untuk beroleh pengetahuan sehingga perempuan menjadi bodoh. Sehingga cara cuma satu adalah perempuan kudu sekolah."

12. "Simpati itu bagi kami merupakan kepuasan, kekuatan, bantuan, kegembiraan, dan hiburan."

13. "Dan gadis-gadis lebih-lebih amat ada problem hidupnya, dikarenakan mereka sudah berada di daerah di mana alam tiap tiap hari diperkosa. Bukankah itu memerkosa kodrat alam namanya, misalnya perempuan wajib tinggal dengan damai serumah dengan madunya?"

14. "Sungguh, anak bangsa itu sendiri, orang perempuan mesti memperdengarkan suaranya! Masih bakal dapatkah bersama dengan tenang orang menyatakan 'keadaan mereka baik' jikalau orang memandang dan memahami semuanya, yang telah kami memandang dan kita ketahui itu?"

15. "Dan terhadap pendidikan itu janganlah cuma akal yang dipertajam, tetapi budi pun mesti dipertinggi."

16. "Apabila kita menghendaki orang lain mengikuti jejak kami, maka umpama yang kami berikan haruslah suatu hal yang berbicara, menimbulkan rasa takjub dan permintaan untuk menirunya."

17. "Kami anak-anak perempuan tidak boleh membawa pendapat, kita perlu menerima dan menyetujui serta mengamini semua yang dianggap baik oleh orang lain."

18. "Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi adalah pembuktian diri yang sepadan antara raga yang tangguh, tetapi hati selamanya patuh. Emansipasi ada penerimaan. Penerimaan diri bahwa tiap-tiap tempat ada empu yang dikodratkan dan dipantaskan."

19. "Saya akan mengajar anak-anak saya, baik laki-laki maupun perempuan untuk saling melihat sebagai makhluk yang sama. Saya akan memberi tambahan pendidikan yang serupa kepada mereka, tentu saja menurut bakatnya masing-masing, Lagi pula, aku bermaksud bakal menghapuskan batas yang menggelikan pada laki-laki dan perempuan yang dibikin orang sedemikian cermatnya."

20. "Pendidikan untuk wanita terlalu mutlak didalam konteks membantu perannya sebagai istri dan ibu yang bermimpi besar. Tapi kalau tidak benar kaprah dan menelantarkan anak-anaknya, artinya serupa saja bersama membodoh lagi."

21. "Biarkan orang banyak itu bodoh, maka kekuasaan atas mereka ada di tangan kita! Kiranya demikianlah semboyan kebanyakan pembesar. Mereka tidak puas melihat orang-orang lain juga ingin ilmu dan kemajuan."

22. "Tidak mesti penjelasan kenapa kemajuan kepandaian masyarakat Bumiputra tidak bisa pesat, andaikan dalam perihal itu perempuan terbelakang. Setiap pas kemajuan perempuan itu ternyata merupakan aspek mutlak di dalam peradaban bangsa."

23. "Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kami berjabatan tangan dan berbarengan bekerja merubah kondisi yang tak terderita ini."

24. "Dalam tangan anaklah terdapat jaman depan dan didalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu."

24. "Pandai itu tidak merupakan kebahagiaan untuk setiap orang. Celakalah seumpama orang bisa berpikir namun tidak boleh; seandainya orang dapat merasa, mampu dan mau, tapi tidak boleh. Lebih baik tetap bodoh saja."

25. "Kami manusia, layaknya halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya. Lepaskan belenggu saya! Izinkan aku berbuat dan saya akan menunjukkan, bahwa saya manusia. Manusia layaknya laki-laki."

26. "Kecerdasan otak saja tidak artinya segala-galanya. Harus ada terhitung kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat berhubungan bersama orang lain untuk mengantakan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, terhitung hati perlu dibimbing, jikalau tidak demikian peradaban tinggal permukaannya saja."

27. "Ikhtiar! Berjuanglah melepaskan diri. Jika engkau udah bebas gara-gara ikhtiarmu itu, barulah sanggup engkau tolong orang lain."

28. "Jika kita tidak mencari pengetahuan, maka hidup kita tidak akan puas dan kehidupan kami akan tambah mundur."

29. "Karena seandainya taraf hidup kesenian suatu bangsa tinggi, maka budi bangsa itu sendiri adalah suatu puisi."

30. "Habis gelap terbitlah terang."

31. "Tiada awan di langit yang senantiasa selamanya. Tiada bisa saja akan konsisten terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi mempunyai keindahan. Kehidupan manusia sama alam."

32. "Jangan bangkitkan cita-cita yang pasti dapat mati. Janganlah hendak bermimpi sekiranya lebih dulu udah diketahui nanti bakal bangun bersama teramat mengecewakan."

33. "Jangan kau katakan aku tidak dapat, namun katakan aku mau."

34. "Kami mengira kita jelas banyak sekali, tapi memang kita tidak sadar apa-apa. Kami mengira kami mempunyai kemauan, kemauan besi. Kami mengira kita bisa memindahkan gunung tapi nyatanya hanya setitik air mata pedih, seketika pandangan mata duka cita berasal dari mata yang kami sayangi dan patahlah kemampuan kami."

35. "Pergilah, bekerjalah untuk mewujudkan cita-citamu. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang-orang tertindas oleh hukum yang lalim dengan jelas yang keliru tentang benar dan salah, berkenaan baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah tapi bekerjalah untuk suatu hal yang kekal."

36. "Dalam hatinya dikarenakan perlawanan pada kondisi zaman, jiwanya menjadi matang. Ia tidak akan, tidak senang tunduk. Ia harus menempuh jalur baru."

37. "Percayalah dapat era depan."

38. "Para lanjut usia, jangan menolak segala yang baru. Ingatlah, bahwa semua yang sekarang sudah tua, juga dulu baru."

39. "Ketidaksetaraan inilah yang membuat ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi."

40. "Bagaimanapun jalannya, sekali-kali jangan penat untuk berusaha gigih membela semua yang baik."

41. "Kami yakin, kalau seseorang berani memulai, banyak yang akan mengikuti."

42. "Angkatan muda, tak ada pandang laki-laki atau perempuan wajiblah berhubungan. Masing-masing secara sendiri-sendiri sanggup berbuat suatu hal untuk memajukan, menaikkan derajat bangsa kami. Tetapi kalau kami bersatu, mempersatukan kekuatan kami, bekerja bersama-sama, maka hasil bisnis kita akan lebih besar. Bersatu kami kukuh dan berkuasa."

43. "Kita mesti hidup berbarengan dan untuk semua manusia. Tujuan hidup kita ialah membawa dampak hidup lebih indah."

44. "Sudah jauh dan lama kita mencari, dan kami tiadalah tahu, amat dekatnya, selamanya pada kita barang yang kita cari itu, ada di dalam diri kita sendiri."

45. "Perbuatan aku itu dapat lebih banyak menarik hati orang sebangsa saya daripada seribu kata ajakan yang gembira-gembira."

46. "Bagaimana kemungkinan seorang pria dan wanita mampu mencintai satu bersama yang lain dikala mereka baru bersua pertama kali didalam kehidupan ini sesudah mereka terikat di dalam pernikahan?"

47. "Kita meminta untuk dicintai--bukan ditakuti."

48. "Tiada hal yang lebih indah selain dapat menerbitkan senyum di wajah mereka yang kami cinta."

49. "Saat suatu hubungan berakhir, bukan bermakna orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti."

50. "Betapa ganjil telah ajaibnya rasa kasih sayang itu: tidak senang dipaksa, tidak berkenan diikat dimana pun juga. Datang tanpa diundang, tidak disangka-sangka. Dan bersama sepatah kata saja, namun sepatah kata yang menjenguk jauh ke dalam kehidupan batin masing-masing. Jauh mengikat dua jiwa yang sampai saat ini belum mengenal bersama dengan ikatan-ikatan erat!"

51. "Maksud Tuhan terhadap kami adalah baik. Hidup ini diberikan kepada kita sebagai rahmat dan tidak sebagai beban, kami manusia sendiri kebanyakan membuatnya jadi kesengsaraan dan penderitaan."

52. "Agama perlu memelihara kita dari kelakuan dosa, namun berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama."

53. "Ingin benar saya memakai gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."

54. "Kedudukan ibu rohani lebih tinggi dari ibu jasmani."

55. "Tugas manusia ialah menjadi manusia."

56. "Harta paling suci di dunia ialah hati laki-laki yang luhur."

57. "Banyak hal yang mampu menjatuhkanmu. Tapi salah satu hal yang terlampau mampu menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."

58. "Jangan mengeluhkan hal-hal tidak baik yang singgah dalam hidupmu. Tuhan tak dulu memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang."

59. "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah sepanjang engkau sanggup bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang memang kejam."

60. "Tahukah engkau semboyanku? Aku Mau! Dua patah kata yang ringkas itu telah beberapa kali mendukung dan mempunyai aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tidak dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku Mau!' menyebabkan kami mudah mendaki puncak gunung."

61. "Lebih banyak kami maklum, lebih tidak cukup rasa dendam didalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan makin kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia."

62. "Terkadang, ada problem wajib kamu rasakan khususnya dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna singgah kepadamu."

63. "Jangan dulu menyerah jika anda tetap mendambakan mencoba. Jangan biarkan penyesalan singgah karena kamu selangkah kembali untuk menang."

64. "Tak pikirkan seberapa keras kamu mencoba, anda tak bakal dulu bisa menyangkal apa yang anda rasa. Jika anda sebetulnya miliki nilai di mata seseorang, tak tersedia alasan baginya untuk melacak seseorang yang lebih baik darimu."

65. "Adakah yang lebih hina, daripada tergantung kepada orang lain?"

66. "Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula di dalam hidup manusia. Karena tersedia angan-angan mudah mati, kadang-kadang timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah."

67. "Sebab barang siapa tidak dapat merasakan sakit, dia juga kebal pada rasa gembira. Barang siapa tidak menderita, tidak termasuk sanggup merasakan nikmat yang sesungguhnya."

68. "Hanya orang-orang yang kuat hati dan pikirannya yang bisa bertahan didalam topan semacam itu, sanggup melawan kekejaman dan kekerasan dunia."

69. "Kesadaran anak-anak perlu dibangunkan, bahwa mereka mesti memenuhi panggilan budi di dalam penduduk terhadap bangsa yang bakal mereka kemudikan."

70. "Petani terbaik tidak bakal memungut padi dari tanah yang tidak dikerjakannya lebih dulu, sebelum menebarkan benih dan menanam di situ! Tidak bakal sanggup terhitung pakar bangunan yang paling baik mendirikan gedung tanpa fondasi!"

Berita lainnya terkait Hari Kartini